
Pelaksanaan upacara bendera dalam rangka memperingati hari Kartini telah dilaksanakan dengan lancar tepat pada Senin, 21 April 2025. Upacara diikuti seluruh siswa kelas 1 – 6 beserta seluruh guru dan karyawan SD hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang bertempat di lapangan upacara SD Hj. Isriati 1 Semarang.
Upacara dimulai pukul 07.00 dengan pemimpin barisan dan pemimpin upacara memasuki lapangan upacara dan menyiapkan barisan. Dilanjutkan Pembina upacara memasuki lapangan upacara, kemudian acara inti pengibaran bendera sang merah putih diikuti lagu Indonesia Raya hingga acara selesai tepat pukul 08.30.
Adapun yang bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Ananda Azka Rafif kelas 6 dan selaku pembina upacara adalah Ibu Sri Lestari, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 SMG.

Dalam amanatnya, Ibu Tari menyampaikan biografi dan perjalanan hidup seorang pahlawan yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Dahulu wanita dianggap tidak mampu dalam banyak hal dan tidak berkewajiban duduk di bangku pendidikan. Diskriminasi perbedaan gender benar-benar terasa. Apalagi wanita yang berasal dari keluarga biasa tanpa gelar bangsawan tidak akan dapat menikmati bangku pendidikan kala itu.
Ibu Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Berasal dari bangsawan Jawa, Ibu Kartini termasuk beruntung karena bisa bersekolah hingga berusia 12 tahun. Di mana saat itu sangat jarang sekali perempuan yang bisa mengenyam dunia pendidikan di sekolah. Setelah usia 12 tahun beliau tidak diperbolehkan bersekolah karena tradisi saat itu. Akhirnya Kartini mulai mengajar teman sebaya di kampungnya. Ia berfokus di wilayah Jepara untuk memajukan pendidikan kaum wanita.
Kepiawaiannya dalam Bahasa Belanda menjadikannya seringkali berkirim surat bersama sahabatnya di Belanda. Kebanyakan suratnya berisi perjuangan dan keinginannya memajukan kaum perempuan di Indonesia. Perjuangannya melawan diskriminasi wanita yang terjadi di Indonesia. Bahwa kaum perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki dalam bidang pendidikan dan politik.
Di usia 24 tahun beliau dinikahkan oleh orang tuanya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang. Singkatnya ia yang ingin mendirikan sekolah sangat didukung orang tua dan suaminya, akhirnya mendirikan sekolah di Wilayah Rembang.
Satu tahun kemudian dia memiliki seorang putra yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Namun 4 hari setelah putra pertamanya lahir, R.A. Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun. Atas jasa yang luar biasa, surat-surat yang dikirimkannya ke Belanda dijadikan sebuah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Makna memperingati Hari Kartini ini tidak lain untuk mengenang perjuangan beliau. Besarnya perjuangan yang Kartini lakukan untuk mendapatkan hak-hak dan memajukan kaum wanita pada saat itu, kini dapat kita rasakan dampaknya. Memperjuangkan kesetaraan gender di tanah air tercinta. Kaum perempuan kini dapat bersekolah dengan status yang sama dengan laki-laki dan tanpa memandang status sosial atau keluarga.






Rundown Upacara:













Upacara selesai
0 Comments