Inovasi Pelayanan Berkualitas pada Konsumen Pendidikan bersama Bp Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Pada Jumat, 15 September 2023 telah dilaksanakan workshop bertempat di gedung lantai 2 kelas 2A dan 2B SD Hj. Isriati baiturrahman 1 Semarang diikuti seluruh guru beserta staff karyawan. Acara ini diselenggarakan guna meningkatkan wawasan tentang pelayanan kepada konsumen dalam hal ini peserta didik yang mengambil contoh pendidikan di negara maju khususwnya Negara Finlandia dan Australia di mana paling maju dunia pendidikannya.
Acara dibuka dengan pembacaan surah Al-Fatihah kemudian dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars SD Isriati, dilanjutkan dengan sambutan Kepala Sekolah SD Hj. Isriati beliau Bapak Amir Yusuf, S.Pd., M.Pd. sekalian penyerahan cindera mata dan kenang-kenangan kepada Mr. Sandy. Acara selanjutnya memasuki acara inti yakni pemaparan materi oleh narasumber kita, beliau Mr. Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Secara kontekstual persaingan sekolah negeri dan juga swasta semakin meningkat. Sekolah Dasar sekitar sebesar 95% dipenuhi oleh sekolah swasta. Dari beberapa jurnal dan diskusi yang telah Mr. Sandy telaah, bahwa ada beberapa hal yang dapat menjadi paningkatan kualitas guru. Yang pertama orang tua menuntut guru maupun staff haruslah loyal, happy dan efektif dalam proses pembelajarannya. Happy disini bagaimana seorang guru dituntut untuk smile atau senyum saat di dalam kelas, melupakan sejenak segala persoalan dan tidak membawanya ke dalam kelas karena guru sebagai bintangnya di kelas, sebagai tokoh utama yang dapat menarik perhatian siswanya. Maka sangat penting bagi seorang guru memiliki healing program sehingga secara emosional tertata dengan baik dan enjoy dalam mengajar yang hal ini harus disupport oleh sekolahan. Yang kedua adalah lingkungan sekolah yang aman, identik dengan tidak adanya dan tidak mentoleransi perundungan. Yang ketiga mensupport pertumbuhan emosi dan intelektual oleh seluruh civitas akademika Isriati, baik siswa, guru, dan staff. Tidak hanya terfokus pada perkembangan guru atau siswa saja, namun seluruh staff dan pegawai harus disupport agar bertumbuh secara menyeluruh. Yang keempat adalah komunikasi yang kuat antara sekolah dan orang tua. Pastinya orang tua memantau jalannya pembelajaran, bagaimana efektifnya Whatsapp group sebagai sarana komunikasi antara guru dan orang tua siswa. Yang kelima menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan dan juga mendukung pertumbuhan dari anak. Dan yang keenam sebagai orang tua menginginkan sekolah ideal mengikutsertakan orang tua dalam proses pembelajaran. Merangkul orang tua agar update apa sih yang terjadi di sekolah, menyamakan gagasan serta pikiran tentang kebijakan yang diambil sekolah dalam mendidik anak-anak mereka agar tidak ada salah paham.
Di tengah era distruksi dan tipikal sekarang, sekolah dituntut memegang 4 prinsip utama agar bisa berinovasi dan relevan dengan perubahan zaman yang luar biasa. Prinsip yang pertama adalah demografi social ekonomi yakni sumber daya harus jelas ukurannya, mengalokasikan pembiayaan agar efektif dan efisien. Yang kedua system pendidikan dan strukturnya, yang mana apabila masih menggunakan system pendidikan konvensional yang sudah tidak lagi zamannya pasti akan ditinggalkan pasar, atau adanya birokrasi yang kompleks yang justru menghambat laju pertumbuhan sekolah maka perlu restrukturisasi, nilai-nilainya dapat diukur bisa dari pertumbuhan jumlah siswa. Yang ketiga guru dan kepala sekolah, yang mana sekolah juga wajib mensupport guru untuk pembekalan agar terus tumbuh termasuk tenaga admisnistrasi, meningkatkan skill yang menjadi modal besar dari seorang guru maupun tenaga kependidikan ketika mengajar. Dan yang keempat adalah proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi Pendidikan harus di update karena sekarang kita tinggal dalam era digital dan teknologi, bagaimana kita memanfaatkan teknologi yang ada. Kita tidak mungkin bisa lari dari teknologi yang cepat perkembangannya, dan itu tidak bisa dibendung, kita harus menempatkan teknologi agar digunakan dengan baik dan tidak ada penyalahgunaan. Keempat prinsip inilah yang menjadi timbangan bahwa sebuah sekolah itu sudah dikatakan inovatif.
Sekolah bertanggungjawab memproduksi siswa agar dapat bekerja dan survive di era mereka di dua puluh tahun mendatang. Yang dibutuhkan dunia kerja di masa mendatang adalah kemampuan memecahkan masalah, keterampilan bersosialisasi negosiasi, proses dan keterampilan system. Jaman dahulu guru itu sebagai sumber informasi, ketika anak bertanya maka guru menjawab, yang berbeda dengan jaman sekarang yakni guru sebagai fasilitator atau manajer informasi karena anak-anak sudah punya modal dari youtube, google dan media lain. Sehingga kemampuan pemecahan masalah, kognitif, dan sosial ini menjadi penting, bagaimana menyiapkan anak-anak memiliki keterampilan tersebut, maka dibutuhkan guru yang kompeten.
Di Tiongkok dan di Australia ada sesi 45 menit meditasi. Di Tiongkok ketika habis makan siang itu ada tidur siang yang sebetulnya itu merupakan sunah rasul, atau deep sleep 15 menit mungkin cukup untuk sejenak menenangkan pikiran. Mentoring penting seperti guru senior membimbing guru muda soal experience atau pengalaman daya tahan banting, yang muda juga bisa sharing dengan teknologi yang berkembang pesat. Kualitas guru dan skill saat mengajar adalah modal utama yang dimiliki seorang guru, hal itu tidak dapat digantikan oleh teknologi maupun kecerdasan buatan sekalipun. Prinsip yang menjadi landasan strategi peningkatan kualitas guru antara lain semua guru yang mengabdi harus mendapatkan kesejahteraan yang meningkat dan penghasilan layak yang diukur secara menyeluruh dan holistic dimana tidak bisa di sama ratakan antar guru senior dengan yang muda yang punya tugas tambahan dengan yang tidak.
Manajemen guru berkaca dari Finlandia yang mana memiliki system pendidikan terbaik di dunia, bahwa untuk memproduksi guru yang berkualitas dan juga berbahagia yakni pertama 90% respondennya guru SD merasa puas terhadap pekerjaannya. Profesi guru sangat disegani di Finlandia, banyak lulusan terbaik dari universitasnya berlomba-lomba untuk menjadi guru, hal ini didukung karena banyaknya beasiswa, society dan kesejahteraannya yang baik dan luar biasa. Hal ini berbeda dengan budaya Indonesia 20 tahun lalu yang sepi akan peminat untuk menjadi guru. Mr. Sandy optimis bahwa Pendidikan di Indonesia dapat meningkat, mengambil contoh di UNNES bahwa ujian masuk jurusan pendidikan ekonomi itu sangat selektif sekali, yang konsekuensinya mahasiswa itu sudah sangat pintar karena semakin ketat seleksinya yakni 1 berbanding 250 orang yang diterima. Selanjutnya guru harus dilatih secara berkala dan terus-menerus diberikan satu pemahaman bagaimana riset yang terjadi di luar sana agar bisa diaplikasikan di dalam kelas, seharusnya ketika kita melaukan riset bisa di uji cobakan di dalam kelas. Hasilnya karena siswa pelatihan berdasarkan riset ia akan menjadi profesional yang otonomis. Kemudian guru diberikan diberikan ruang khusus untuk menyuarakan aspirasinya dalam membentuk kebijakan Pendidikan di Indonesia.
Teknologi harus diketahui anak-anak untuk memenuhi pengetahuan mereka dengan baik. Jika ingin sekolah inovatif harus mensupport dan menginternalisasi pelajaran tentang coding robotic dan computer programming dalam mata pelajaran khusus, karena keterampilan ini jadi modal besar bagi masa depan siswa. Di Australia pada kelas 1 SD sudah belajar coding yang membantu mereka untuk dapat beradaptasi dan bisa bekerja di masa depan dengan baik. Di Negara maju seperti Canada dan Finlandia pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Siswa boleh memilih mata pelajaran apapun yang mereka sukai. Sekolah yang inovatif itu bekerja dan berinteraksi secara kolaboratif, hal ini dapat dikalakukan dengan menggandeng atau merangkul industry atau perusahaan untuk masuk dalam ekosistem sekolah agar mengajarkan siswa bagaimana dunia kerja sekarang dan teknologi yang digunakan walau mereka masih SD. Mendukung siswa secara holistic tidak hanya kemampuan intelektual tapi juga emosional dan spiritual. Bahwa CEO sebuah perusahaan tidak hanya mengacu pada intelektual, emosional dan spiritual namun juga kemampuan berbudaya. Perusahaan besar mengetahui bahwa budaya itu merupakan hal yang global, perlunya memahami budaya-budaya local dan luar agar bisa berdaya saing secara global.
Mandat dari kementrian agar potret pelajar pancasila itu utuh secara holistic, berakhlak mulia, mandriri, kreatif, berpikir kritis, gotong royong, dan berkebinekaan global. Sekolah dan guru tulus mendukung anak-anak berkreativitas dengan memprovokasi dalam tanda kutip agar anak bernalar kritis. Jangan dimatikan jika anak banyak bertanya, kita dekati, kita datangi kenapa bertanya terus, atau usil dan tidak bisa anteng di kelas, mungkin ia cari perhatian karena ia tidak tahu atau lainnya. Mengembangkan pertumbuhan psikologis, social, dan emosional, misal dengan cara tidak mentolerir dan beri komitmen penuh bahwa perundungan, bullying, atau mengejek fisik tidak diperbolehkan di kelas ini, misalnya mengejek temannya pendek, kurus, gendut, dan sebagainya.
Ada sebuah pengalaman yang menarik dari Mr. Sandy, yakni ketika putrinya yang bernama Madina bersekolah di Australia, ketika kelas 1 SD ia mendapat pengalaman yang buruk. Adik Madina dituduh memainkan piano saat kelas music berlangsung dan diberitahu agar jangan nakal, sambil menunjuk Adik Madina ketika berada di tengah pelajaran. Sontak hal itu membuat Madina kecil merasa terpukul dan malu dengan teman-temannya, ia mau menjelaskan tetapi tidak bisa dan akhirnya enggan untuk berangkat ke sekolah. Ketika diantar sampai depan sekolah Adik Madina selalu menangis dan tidak mau masuk. Lantas Mr. Sandy mendapatkan telepon dari sekolah mengapa Adik Madina ini sudah seminggu tidak berangkat sekolah. Mr. Samdy sebenarnya juga tidak mengetahui permasalahan yang dialami buah hatinya tersebut. Sebenarnya dalam hal ini sekolah atau wali kelasnya sudah sangat perhatian terhadap siswanya. Kemudian lewat tracking record yang ada dicarilah siapa saja yang mengajar Adik Madina waktu itu, dan ditanyai satu persatu pernah tidak mengatakan hal yang membuat Adik Madina ini merasa terpukul. Lalu guru musiknya mengakui hal tersebut dan di krosceck apakah benar hal tersebut oleh Mr. Sandy. Mr. Sandy mencoba untuk menanyainya dari hati ke hati mengapa Adik Madina tidak mau berangkat sekolah bahwa ia merasa malu dan tidak bisa menjelaskannya karena ia belum mahir bahasa inggris di Australia waktu itu. Berkat tracking record tersebut dapat diketahui siapa guru yang waktu itu mengajar, dia merupakan guru pengganti di sekolahannya dan dipertemukanlah guru tersebut dengan Mr. Sandy bahwa kepala sekolah dan guru tersebut sangat menyesal dan meminta maaf atas tindakannya. Melalui pertemuan tersebut Mr. Sandy memaafkannya karena itu merupakan salah paham dan ketika Adik Madina mau berangkat sekolah lagi dan bertatap muka dengan gurunya, guru itu meminta maaf dan kemudian memeluknya ia merasa sangat menyesal bahwa perkataannya ternyata sangat memukul hatinya dan memantapkan hatinya bahwa di antara mereka sudah tidak ada masalah, juga dengan teman-temannya, tegas guru tersebut. Akhirnya Adik Madina sudah tidak merasa trauma lagi bersekolah di sana hingga merasa nyaman dan enggan untuk pulang belakangan ini. Hal ini menunjukkan bahwa ketika mengajar terkadang kita bercanda tetapi pemikiran anak berbeda-beda, penting untuk tidak membuat anak menjadi trauma dan takut pergi ke sekolah. Sekolahan harus tanggap akan masalah dan fenomena yang menjadi momok menakutkan di hati siswanya. Pihak orang tua sangat mengharapkan komunikasi yang baik dari sekolah, dan tracking record yang jelas dapat menyelamatkan siswa dari perasaan gelisahnya, menjadikan pembelajaran menjadi kondusif, nyaman dan memudahkan orang tua untuk memantau aktivitas buah hatinya di sekolah.
Membangun ruang kelas yang kreatif dan kolaboratif bisa dilakukan dengan merubah layoutnya dari tempat duduk, jendela, dan bebas untuk mendesain dan mendekorasi ruang kelas yang nyaman dan memudahkan interaksi. Membuat pembelajaran yang menyenangkan dan meaningfull, bahwa guru di Australia itu tidak memiliki kursi dalam kelas yang menjadikan lebih komunikatif dalam berinteraksi dengan siwa. Minta anak untuk berekspresif keinginananya hari ini ruang kelas yang seperti apa, belajar di luar ruangan atau sebagainya sesuai keinginan siswa. Diberikan tanggapan dan apresisi yang baik, sangat welcome dengan pendapat siswa bahwa itu ide bagus ayo kita coba, misalnya. Menegaskan dan jangan takut bahwa menyatakan pendapat itu boleh. Siswa sebaiknya jangan diinstruksi terus, harus open komunikasi, generasi strowberry sudah tidak jamannya instruksi, harus negosiasi dan diskusi terbuka.
Gambar di atas adalah beberapa potret sekolah masa depan. Yang pertama Sekolah Green School Bali contohnya namun mayoritas gurunya berasal dari Amerika dan Australia, padahal guru di Indonesia sudah dapat berkontribusi dengan baik, ini sayang sekali. Sekolahan tersebut nampak mengggunakan layout siswa belajar melingkari guru. Materi diterapkan dan terinspirasi dari kehidupan nyata. Misal anak ingin menjadi manajer, maka pelajaran dilakukan langsung dengan mendatangkan atau kunjungan ke perusahaan yang sudah menjalin kerja sama. Tidak perlu panjang lebar hanya agar anak tetap semangat dan mengetahui passionnya. Yang kedua di Anji Play Tiongkok bentuk pembelajarannya seperti sekolah alam berkonsep outdoor. Sedangkan di Innova School Peru, 70 % pembelajarannya itu kelompok, kolaboratif karena dituntut bisa berkolaborasi di masa depan. Ruang kerja dinamis dan yang mandiri 30% belajar secara sendiri-sendiri. Program sekolah inovasi menantanng siswa untuk mendesain solusi permasalahan social. didekatkan dengan problem-problem masalah kehidupan nyata yang dibawa ke ruang kelas. Mereka mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang melatih anak berbicara di depan umum. Mmenengok putri Mr Sandy yang masih kelas 1 SD sudah diwajibkan presentasi setiap bulannya, materinya mungkin random misal ia mempresentasikan sebuah lagu Kakak Tua tapi dalam bahasa inggris, dirapotnya pun diberikan motivasi-motivasi yang memuji karyanya agar semangat, jadi benar-benar public speaking dilatih dari dini.
Memasuki sesi Tanya jawab ada beberapa pertanyaan yang didiskusikan antara lain:
Teknologi seperti gadget, hp, youtube dapat mengurangi kemampuan motorik seorang anak, pengaruh literasi juga semakin menurun karena kebanyakan menggunakan gadget. Ada tendensi di Negara maju untuk kembali menggunakan metode menulis tangan karena bisa menignkatkan kemampuan motorik dan memperluas tingkat konsentrasi anak. Karena ketika dapat informasi lalu anak menulis dan dipraktekkan, itu sudah sinkron. Memang bisa diketik dengan ipad, namun banyak riset terkini menunjukkan semakin banyak anak menatap layar monitor maka akan menurunkan daya konsentrasi dan memperpendek daya ingat, selain itu dapat membuat mereka gelisah, bahkan parahnya bisa ke tingkat kecanduan ketika tidak buka gadget sebentar rasanya gelisah. Di Negara maju ada statement bahwa srceentime atau waktu layar menjadi komitmen penuh. Tentunya screen time ini haruss ada kesepakatan antar pelaku guru, dengan siswa, terlebih baik lagi dengan mengikutkan orang tua siswa, harus jelas aturannya, misal tidak boleh menggunakan gadget selama pembelajaran, atau dikasih waktu jika ingin browsing dan lain sebagainya. Di Negara Australia anak dilarang membawa hp, jikalau bingung jemputan anak bisa menggunakan telepon di sekolah yang terpasang di sudut-sudut sekolah, pentingnya screentime sedari kecil harus diperketat. Anak sejak dini diajarkan cara menulis bisa dengan tulisan latin dengan buku garis halus agar kemampuan motoriknya berkembang dan menjadi bekal dapat menulis dengan baik. Pendidikan di negara maju kebanyakan berdasar research based training, misal ketika ada penelitian menunjukkan menatap layar gadget terlalu lama atau screentime yang tidak terukur dapat menurunkan konsentrasi dan daya ingat anak, maka adanya screentime ini sangat penting maka mereka melakukannya dengan melarang anak membawa hp misal. Anak kuliah sangat lihai dalam mengerjakan tugasnya hanya dengan menggunakan chatgpt bisa membuat artikel dan memanipulasinya dengan mudah, sekarang mulai ke konvensional lagi dengan tulis tangan dan mengumpulkan bisa dengan mengkonvert ke pdf atau kedalam sistem. Boleh menggunakan teknologi namun juga harus jujur, karena kita tidak bisa membendung laju perkembangan teknologi dan tidak mungkin menghindari teknologi, yang bisa kita lakukan adalah menggunakannya dengan bijak. Pesan dari Mr Sandy terhadap sekolah adalah siswa diberi etnik berdigital, etika berteknologi pada semua kelas agar anak tahu ini cara berinternet yang sehat yang aman dan anak diajarkan ketika mendapat bullying online apa yang harus dilakukan supaya tahu caranya merespon, ini dapat dimasukkan ke dalam pelajaran keamanan berinternet atau digital etnis tersebut.
Ketika ada keluhan dari wali murid melalui WA yang berlarut-larut maka penting adanya batasan. Biasanya complain ini dapat membuat pikiran burn out dan takutnya terbawa ke dalam kelas melampiaskan kepada siswanya. Jadi perlunya jam kondusif untuk membalas chatingan atau complain dari wali murid, misal pukul 09.00 hingga 17.00. keperluan yang sifatnya tidak emergency itu akan ditindak lanjuti pada hari kerja esok, ini tentunya harus dipertimbangkan degnan matang juga, terkadang karena orang tua merasa sudah membayar mahal dia ingin mendapatkan pelayanan 24 jam kalau tidak dilayani ia complain, hal yang bisa dilakukan memang harus memberi keterangan kalau dirasa tidak gawat darurat itu bisa ditindak lanjut di hari berikutnya dan segera dijawab, mungkin ibu bapak guru juga sudah mengetahui mana yang emergency dan tidak. Memang guru tidak akan berani apabila bertindak sendiri harus ada backup dari manajemen kepala sekolah yang bisa mengumumkan di sela-sela pertemuan guru dan orang tua, pertemuan ini seharusnya dilakukan minimal sebulan sekali, misal pada pertemuan tersebu menerangkan karena guru juga manusia yang ingin juga mendidik anaknya sendiri dan sebagainya dan sebagainya, dengan adanya komitmen bahwa sekolah siap membantu bila itu diperlukan. Guru dan wali murid perlu menyamakan persepsi bahwa dunia pendidikan sudah berubah. Di Negara maju segala informasi dan keluhan dikirim melalui email bukan Whatsapp bahkan di Negara maju tidak menggunakan WA. Karena apabila terjadi kasus dan faktanya itu diputarbalikkan maka sekolah punya evidence dari jejak rekam email. Melalui email juga bisa membukanya dengan terjadwal yang berbeda dengan WA setiap saat harus dibuka, baru pulang saja sudah dapat wa, jika tidak segera dibalas akan mendapat kesan slow respond dan menyebabkan overload. Tapi memang di Indonesia jauh lebih welcome dengan mngguankan WA.
Yang menjadi pembeda system pendidikan di Indonesia dan negara maju khususnya di konteks SD adalah di Indonesia masih berpola pikir hasil kinerja terhadap nilai berbeda dengan negara lain mereka lebih menitik beratkan pada progress pertumbuhan keterampilan lunaknya. Di Indonesia siswa itu sudah tersetting supaya pintar supaya keren nilai atau score mata pelajarannya harus tinggi. Di Australia SD itu dibentuk seperti di Jepang yakni pendidikan karakter bagaimana dia jujur, respect dengan orang lain, bagaimana ia mengasah keterampilan berbicara di depan public dan bagaimana anak itu punya keingin tahuan untuk terus belajar dan membaca hingga sepanjang hayatnya. Esensi pendidiakn yang baik adalah pembelajaran sepanjang hayat yang dibentuk sejak dini dengan membaca secara rutin. Di Jepang sekolah tidak ada yang namanya cleaneers atau tukang bersih-bersih, siswalah yang bertugas dan bertanggungjawab menjaga kebersihan kelas dan sekolahnya. Namun jika seekstrim itu dilakukan di sini maka akan ada complain dari orang tua. Pesan moralnya adalah bahwa di Jepang sudah diajarkan hidup mandiri sejak dini, tidak inlander atau bersikap selalu ingin dilayani, mereka mau melayani. Di Australia siswa kelas 1 SD wajib memiliki jural membaca. Mereka setiap malam sebelum tidur diwajibkan oleh gurunya untuk mebaca buku apapun berapapun halamannya bebas. Dengan membaca yang dipaksakan ketika kelas 1 membangun manfaat luar biasa untuk jenjang selanjutnya, dengan membaca maka kemampuan menulisnya dan bertutur kata ke public jadi lebih baik, mau menghargai, terbuka dengan perbedaan, mengasah kepercayaan diri siswa dengan aktif di kelas dan sebagainya.
Untuk buku jurnal membaca anak itu sangat sederhana formatnya nomor, judul buku, summary dan paraf orang tua. Jadi, orang tua wajib memantau apakah benar anaknya telah membaca buku tersebut. Guru juga harus memberikan feedback terhadap hasil presentasi yang telah dibaca siswa dengan menanggapinya misal anak disuruh cerita, kita ingin mendengar ceritanya, kita googling sedikit judul yang anak baca dan kita bisa menangkap summarynya agar anak mengira gurunya juga mengetahui yang ia baca sehingga anak lebih semangat lagi tidak mengira guru hanya menyuruhnya membaca saja. Agar tidak ada salah paham dengan orangtua murid maka perlunya diadakan sebuah temu antara pihak sekolah dan wali murid yang isinya agar sama persepsi antara sekolah dan wali murid. Bukan maksud memberikan tugas berat pada anak dengan menyuruhnya membaca namun dengan memaksanya membaca dan mencatat ke dalam jurnal membaca tersebut membawa manfaat yang besar, misal berpikir kritis, bertutur kata baik, percaya diri yang baik dengan temuan riset yang mendukung maka sekolah mengambil kebijakan demikian dan seterusnya. Memang orang tua di SD Isriati memiliki background berpendidikan yang tinggi, namun jika ada komunikasi 2 arah yang dipersiapkan dengan baik oleh pihak manajemen sekolah pastilah orang tua akan mendukung penuh. Orang tua tidak tahu kalua tidak diajak diskusi. Mereka ingin diikutsertakan diajak diskusi, jikalau dirasa masukan dari orang tua konstruktif membangun maka kita harus mempertimbangkan penerapannya. Hal ini juga menjadi selling point sekolah karena orang tua merasa dihargai diikutsertakan tidak hanya membahas karya wisata saja namaun mengetahui lajunya sekolahan itu kemana.
Supaya anak gemar membaca maka guru harus menggunakan media-media yangn penuh dengan visual yang menarik dan tidak dipenuhi kata-kata yang kompleks. Bawa mereka supaya rajin membaca, biasanya anak tertarik dengan gambar kemudian minta mereka untuk mempresentasikan atau menarasikan kembali dari apa yang ia baca atau dengar. Silahkan guru bereksplorasi berdasar gaya belajar peserta didik yang auditori, visual, atau kinestetik. Pembelajaran tidak harus selalu di dalam ruangan, anak biasanya lebih suka bila di pembelajaran dilakukan di luar ruangan dan berpindah-pindah tempat, ini yang mungkin menyebabkan mata Pelajaran olahraga paling disukai anak-anak. Di luar negeri sangat lazim siswa belajar di luar ruangan seperti di taman, di lapangan terbuka yang ada rumputnya sambil menggelar tikar misalnya. Memang permasalahan di Indonesia adalah cuaca yang panas, namun bisa diakali dengan membangun gazebo-gazebo seperti rumah kaca yang dilengkapi sarana pembelajaran seperti proyektor dan papan tulisnya atau menggunaan strategi lain. Pola dan karakteristik anak dalam belajar tidaklah sama, ada yang suka di luar ruangan ada yang tenang ketika di dalam ruangan dan sebagainya. Seperti halnya ketika ikan disuruh mengambil buah di pohon yang tinggi pastilah tidak mungkin bisa, jerapahlah yang paling jago dalam hal ini, namun dalam hal berenang ikan inilah yang paling hebat. Maka harus membangun peserta didik itu disesuaikan dengan kebutuhan, gaya belajar, dan personal mereka masing-masing,
Demikian pemaparan yang dapat disampaikan, kemudian acara ditutup dengan pembacaan resume materi oleh Ibu Sri Lestari S.Pd., M.Pd dan diikuti hamdalah bersama-sama.
Bio singkat Bp. Sandy Arief, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Beliau adalah Dosen Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Semarang. Meraih gelar Doktor di Bidang Akuntansi dan Tata Kelola Perusahaan dari Macquarie University, Sydney, Australia dengan predikat ‘Penghargaan’ (disertasi tanpa koreksi dan/atau revisi). Mengajar di program Sarjana dan Pascasarjana UNNES.
Ketertarikan penelitian di bidang Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Akuntansi Manajemen, dan Tata Kelola Perusahaan. Menerbitkan artikel penelitian di jurnal bereputasi internasional dan/atau jurnal nasional terakreditasi dan media populer nasional.
Pengalaman profesional lainnya sebagai reviewer ahli di Penelitian Kerja Sama Australia – Indonesia, Departmen Luar Negeri dan Perdagangan Australia; anggota dewan penasihat Harvard Business Review, Amerika Serikat; dan reviewer akademis LPDP.
Di tahun 2020 mendapatkan penghargaan ‘Emerging Scholar Award’ dari the University of Illinois at Chicago, USA. Saat ini sebagai anggota Dewan Pakar Badan Penjaminan Mutu Asosiasi Jaringan Pendidikan Guru Asia Tenggara (ASTEN) yang merupakan entitas resmi ASEAN dan juga sebagai Sekretaris Senat Akademik UNNES.
0 Comments